CBMH UGM/Nabila Puspakesuma. Dewasa ini, internet dan media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Tak kurang dari 150 juta pengguna, media sosial menghubungkan satu individu dengan individu lainnya, satu kelompok dengan kelompok lainnya, dengan berbagai hobi dan profesi termasuk tenaga profesional kesehatan. Sering kita jumpai beberapa tenaga kesehatan yang secara aktif berkegiatan di akun media sosial mulai dari memberikan diseminasi tentang sebuah topik tertentu, memberikan klarifikasi mengenai kabar kesehatan yang beredar, dan menyebarkan informasi tentang acara-acara bertema kesehatan. Ada pula diantara mereka yang membagikan pengalaman pribadinya. Lantas, seperti apakah penggunaan media sosial bagi tenaga kesehatan yang bijaksana?
Agenda Reboan pada Rabu, 15 Januari 2020 mengusung tema Social Media Highway Code, dan berdiskusi mengenai pentingnya penggunaan media sosial secara bijak, terutama bagi tenaga profesional kesehatan. Beberapa pokok bahasan bersumber dari Royal College of General Practitioners dan British Medical Association yang telah lebih dulu memiliki pedoman bagi tenaga kesehatan dalam bermedia sosial. Terdapat sepuluh (10) prinsip yang perlu diperhatikan:
- Be aware of the image you present online and manage this proactively
- Recognise that the personal and professional can’t always be separated
- Engage with the public but be cautious of giving personal advice
- Respect the privacy of all patients, especially the vulnerable
- Show your human side, but maintain professional boundaries
- Contribute your expertise, insights and experience
- Treat others with consideration, politeness and respect
- Remember that other people may be watching you
- Support your colleagues and intervene when necessary
- Test out innovative ideas, learn from mistakes – and have fun!
Tentunya kesepuluh aitem di atas patut menjadi perhatian dan diaplikasikan bersama. Dengan demikian, muncul pertanyaan berikutnya yang harus kita renungkan lebih lanjut: bagaimana peran bioetika dalam membangun literasi digital masyarakat? Dari mana sebaiknya kita memulai? Apa sajakah ethical implications yang muncul dari fenomena ini?