CBMH UGM/Nabila Puspakesuma. Dewasa ini, internet dan media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Tak kurang dari 150 juta pengguna, media sosial menghubungkan satu individu dengan individu lainnya, satu kelompok dengan kelompok lainnya, dengan berbagai hobi dan profesi termasuk tenaga profesional kesehatan. Sering kita jumpai beberapa tenaga kesehatan yang secara aktif berkegiatan di akun media sosial mulai dari memberikan diseminasi tentang sebuah topik tertentu, memberikan klarifikasi mengenai kabar kesehatan yang beredar, dan menyebarkan informasi tentang acara-acara bertema kesehatan. Ada pula diantara mereka yang membagikan pengalaman pribadinya. Lantas, seperti apakah penggunaan media sosial bagi tenaga kesehatan yang bijaksana?
CBMH UGM. Dalam rangka rangkaian kegiatan Blok Elective S1 Pendidikan Dokter dengan judul Green Healthcare Challenge (GHC), Center for Bioethics and Medical Humanities, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), menggelar seminar dan webinar bertajuk The Green Healthcare: A Moral and Ethical Action. Praktik pelayanan kesehatan mempunyai prinsip yang salah satunya adalah do no harm, tapi kenyataannya dalam proses delivery care di rumah sakit banyak potensi doing harm terhadap lingkungan. Sebagai contoh adalah penggunaan energi dan air yang tidak efisien hingga produksi limbah medis baik padat, cair ataupun gas yang berbahaya bagi lingkungan jika tidak diolah dengan baik. Hal tersebut dapat diminimalisir apabila suatu rumah sakit menerapkan konsep green hospital, namun sayang belum banyak yang menjadikan konsep ini sebagai prioritas. Industri kesehatan sendiri menyumbang 4-6% carbon footprint yang setara dengan emisi 514 PLTU selama satu tahun.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Tincidunt eget nullam non nisi est sit amet. Gravida cum sociis natoque penatibus. Velit sed ullamcorper morbi tincidunt ornare massa. Odio ut sem nulla pharetra diam. A diam sollicitudin tempor id eu nisl nunc. Nulla facilisi nullam vehicula ipsum a arcu cursus vitae congue. Amet nisl purus in mollis nunc. Pulvinar mattis nunc sed blandit libero volutpat sed. Laoreet non curabitur gravida arcu ac tortor dignissim. Sed tempus urna et pharetra. Neque vitae tempus quam pellentesque nec nam aliquam sem et. At erat pellentesque adipiscing commodo. Iaculis urna id volutpat lacus laoreet non curabitur. Hac habitasse platea dictumst vestibulum rhoncus est pellentesque elit. Potenti nullam ac tortor vitae purus. Non consectetur a erat nam at lectus urna duis convallis. Lorem sed risus ultricies tristique nulla aliquet. Malesuada fames ac turpis egestas maecenas pharetra convallis.
The efforts to develop bioethics as an emerging science have drawn experts’ attention and contributions from all over the world. Specifically in Asia and the Pacific, the efforts were stimulated in the 1990s through the establishment of Asian Bioethics Association (ABA). This organization was formed to accommodate exchange of ideas between experts, aiming for bioethics integration into various field of sciences and professional expertise. Ever since its first establishment, ABA has regularly hold annual scientific conferences, titled the Asian Bioethics Conference (ABC). Indonesia has had the previous 13 opportunity to host the ABC9 in 2008 in Jogjakarta, organized by Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga and supported by Indonesian Bioethics Commission (KBN). In 2016, Indonesia had once again be chosen by acclamation to host ABC17, which had been organized by Universitas Gadjah Mada (UGM) in collaboration with KBN. The Center for Bioethics and Medical Humanities (CBMH) representing UGM accepted the mandate and delivered this important event successfully.