Uncategorized
By dr Galuh Dyah Fatmala
Raboan Online Center for Bioethics and Medical Humanities (5/8) mengangkat tema tentang “Plasma Convalescent Therapy for Covid-19, Ethically Yes or No” yang disampaikan oleh dr. Jarir At Thobari Ph.D dan dimoderatori oleh Prof.dr. Sofia Mubarika, Ph.D.
dr Jarir mengawali presentasi materi diskusi dengan memaparkan data epidemiologi covid-19 di Indonesia dan dunia. Covid-19 berpotensi memberi dampak buruk terhadap kesehatan global dengan menambah angka kematian kasus tuberculosis, HIV, Malaria serta kematian ibu dan anak. Dampak lainnya antara lain tidak tercapainya angka capaian imunisasi dan tidak berjalannya monitoring kesehatan wanita secara baik sehingga penggunaan kontrasepsi menurun dan mengakibatkan peningkatan angka kehamilan yang tidak diinginkan. Disrupsi tatalaksana penyakit kronik berpotensi meningkatkan angka kesakitan masyarakat. Covid-19 dan kemiskinan adalah lingkaran setan, resesi global akibat Covid-19 diproyeksikan menjadi yang terburuk setelah perang dunia kedua.
CBMH UGM/Nabila Puspakesuma. Dewasa ini, internet dan media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Tak kurang dari 150 juta pengguna, media sosial menghubungkan satu individu dengan individu lainnya, satu kelompok dengan kelompok lainnya, dengan berbagai hobi dan profesi termasuk tenaga profesional kesehatan. Sering kita jumpai beberapa tenaga kesehatan yang secara aktif berkegiatan di akun media sosial mulai dari memberikan diseminasi tentang sebuah topik tertentu, memberikan klarifikasi mengenai kabar kesehatan yang beredar, dan menyebarkan informasi tentang acara-acara bertema kesehatan. Ada pula diantara mereka yang membagikan pengalaman pribadinya. Lantas, seperti apakah penggunaan media sosial bagi tenaga kesehatan yang bijaksana?
CBMH UGM. Dalam rangka rangkaian kegiatan Blok Elective S1 Pendidikan Dokter dengan judul Green Healthcare Challenge (GHC), Center for Bioethics and Medical Humanities, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), menggelar seminar dan webinar bertajuk The Green Healthcare: A Moral and Ethical Action. Praktik pelayanan kesehatan mempunyai prinsip yang salah satunya adalah do no harm, tapi kenyataannya dalam proses delivery care di rumah sakit banyak potensi doing harm terhadap lingkungan. Sebagai contoh adalah penggunaan energi dan air yang tidak efisien hingga produksi limbah medis baik padat, cair ataupun gas yang berbahaya bagi lingkungan jika tidak diolah dengan baik. Hal tersebut dapat diminimalisir apabila suatu rumah sakit menerapkan konsep green hospital, namun sayang belum banyak yang menjadikan konsep ini sebagai prioritas. Industri kesehatan sendiri menyumbang 4-6% carbon footprint yang setara dengan emisi 514 PLTU selama satu tahun.
Ethics Teachers Training Course atau ETTC merupakan acara tahunan yang diadakan oleh UNESCO. UGM yang diwakili oleh Center for Bioethics and Medical Humanities (CBMH) terpilih sebagai host untuk acara bergengsi ini di tahun 2018, tepatnya pada tanggal 30 Juli sampai dengan 3 Agustus 2018. Acara ini bertujuan untuk membekali dan meningkatkan kapasitas profesional di bidang etik bagi warga negara Indonesia maupun asing di sekitarnya. Sebanyak empat puluh (40) peserta dipilih untuk dapat berpartisipasi dalam ETTC. Selama satu minggu, para peserta menjalani pelatihan dengan komponen-komponen berikut:
Bioethics Course for Health Professionals: Humanity, Ethical, Legal, Professional (HELP) Approach merupakan agenda agenda rutin dari CBMH UGM. Pada tanggal 23 Oktober s/d 25 Oktober 2019, CBMH kembali mengadakan kursus HELP untuk batch ke-V dengan seri kedua yang bertajuk Basic Knowledge and Principle in Bioethics. Acara ini dihadiri oleh
The efforts to develop bioethics as an emerging science have drawn experts’ attention and contributions from all over the world. Specifically in Asia and the Pacific, the efforts were stimulated in the 1990s through the establishment of Asian Bioethics Association (ABA). This organization was formed to accommodate exchange of ideas between experts, aiming for bioethics integration into various field of sciences and professional expertise. Ever since its first establishment, ABA has regularly hold annual scientific conferences, titled the Asian Bioethics Conference (ABC). Indonesia has had the previous 13 opportunity to host the ABC9 in 2008 in Jogjakarta, organized by Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga and supported by Indonesian Bioethics Commission (KBN). In 2016, Indonesia had once again be chosen by acclamation to host ABC17, which had been organized by Universitas Gadjah Mada (UGM) in collaboration with KBN. The Center for Bioethics and Medical Humanities (CBMH) representing UGM accepted the mandate and delivered this important event successfully.