• UGM
  • IT Center
Universitas Gadjah Mada Center for Bioethics and Medical Humanities (CBMH)
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan
Universitas Gadjah Mada
  • Tentang Kami
    • Visi & Misi
    • Sejarah
    • Staf dan Afiliasi
      • Pimpinan
      • SDM
      • Kolaborator Nasional
      • Kolaborator Internasional
  • Berita & Acara
    • Acara Mendatang
  • Briefings & Publikasi
    • Journal Article
    • Book Chapter
    • Teaching Module
    • Project Report
    • Others
  • Riset & Projek
  • Pendidikan & Kursus
    • Magister Bioetika
    • Kursus
  • Bioethics Teacher
  • Kegiatan
    • Program Rutin
    • Konsultasi Klinis
  • IBHC 2024
  • UNESCO Chair on Bioethics
  • Karir
  • Beranda
  • Artikel Terbaru
  • Komunikasi Kesehatan dan Tantangan Etika: Membangun Dialog yang Bertanggung Jawab

Komunikasi Kesehatan dan Tantangan Etika: Membangun Dialog yang Bertanggung Jawab

  • Artikel Terbaru, Berita SDGs, Raboan
  • 21 March 2025, 10.17
  • Oleh: cbmhfkugm
  • 0

Yogyakarta, 19 Maret 2025 — Center for Bioethics and Medical Humanities (CBMH) Universitas Gadjah Mada kembali menggelar agenda rutin Raboan Sharing & Perspective Sharing, sebuah diskusi mingguan yang membahas berbagai isu bioetika. Kegiatan yang diselenggarakan daring melalui Zoom Meeting ini menghadirkan dr. Steffi Rifasa., M.H., seorang dosen sekaligus kepala divisi bioetik dan Hukum fakultas kedokteran, Universitas Islam Pasundan, sebagai pembicara utama, dengan Nathan Agwin Khenda., Ftr, M.Bio.Et., sebagai moderator.

BIOETIKA HUMANIORA

Pada kesempatan kali ini, Raboan mengangkat tema “Komunikasi Kesehatan dan Tantangan Etika : Membangun Dialog yang Bertanggungjawab”. Diskusi ini menyoroti peran penting bioetika dalam komunikasi kesehatan, serta mengupas berbagai solusi dalam menangani kasus-kasus dilema etika medis yang membutuhkan komunikasi efektif antara tenaga kesehatan dan pasien. Diskusi ini dibuka dengan menampilkan kasus-kasus dugaan malpraktik oleh tenaga medis dengan memperlihatkan bagaimana sudut pandang pasien dan fasilitas kesehatan bisa berbeda. Selain itu, beliau juga menegaskan bahwa komunikasi yang jelas dan transparan yang menjadi kunci utama dalam menghindari kesalahpahaman antara tenaga medis dan pasien yang dapat berdampak pada pengambilan keputusan medis.

BIOETIKA HUMANIORA

Dipandu oleh moderator Nathan Agwin Khenda, Ftr, M.Bio.Et., diskusi berlangsung interaktif dengan melibatkan peserta dari berbagai latar belakang, termasuk tenaga medis, akademisi, dan mahasiswa. Berbagai pandangan mengenai bioetika dan krisis komunikasi ini dibahas secara mendalam, terutama pada penerapan prinsip bioetika, serta peran tenaga medis dalam membangun kepercayaan dengan pasien melalui komunikasi yang efektif dan bertanggungjawab.

Steffi Rifasa., M.H juga menyoroti tantangan komunikasi kesehatan yaitu dalam menyampaikan berita buruk dengan cara yang tidak menghancurkan harapan pasien. Penggunaan metode yang tepat seperti pendekatan SPIKES (Setting, Perception, Invitation, Knowledge, Emphaty, and Strategy) dapat membantu dalam menyampaikan berita buruk secara etis dan bertanggung jawab. Selain itu, tantangan lain yang dihadapi saat ini yaitu komunikasi kesehatan pada era digital yang mana penggunaan telemedicine meningkat serta media sosial seringkali menjadi sumber informasi  yang belum tentu akurat, sehingga tenaga kesehatan perlu lebih proaktif dalam memberikan eduksi kesehatan.

Komunikasi kesehatan dan tantangan etika ini dapat dikaitkan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) terutama SDG 3: Good Health and Well-Being yang menekankan pada pentingnya komunikasi kesehatan yang efektif berkontribusi pada pelayanan kesehatan dan memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang tepat, serta SDG 4: Quality Education yang mana tenaga kesehatan juga perlu mendapatkan pelatihan dalam komunikasi etis dan empati sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan pasien lebih baik.

 

Diskusi Raboan kali ini menegaskan komunikasi yang baik dalam bidang kesehatan tidak hanya membantu pasien dalam memahami kondisi mereka tetapi juga membangun hubungan yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien. Pendekatan etis diperlukan dalam komunkasi kesehatan agar tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga memberikan pemahaman yang mendalam kepada pasien dan keluarganya.

Reporter : Nadia Ulfah, Mafrida Nabilah Hanan

Editor : Alvira Rahmasari, S.H.G.

Tags: Bioetika Humaniora medical ethics RABOAN SDGs 3 SDGs 4

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Berita lainnya

  • Childfree dibenarkan dalam Pandangan Etis? Diskusi Raboan CBMH FK-KMK UGM Angkat Topik Childfree dan Pilihan Reproduksi
    May 8, 2025
  • BIOETIKA HUMANIORA MEDICAL ETHICS Kata ‘Maaf’ Bisa Bikin Kacau? Tantangan Utama Komunikasi dalam Interprofessional Collaboration di Dunia Kesehatan
    April 24, 2025
  • Perlukah Imunisasi pada Bayi?
    April 22, 2025
  • kursus bioetika help batch 7 seri 1 Membangun Pemahaman Etika, Kemanusiaan, Hukum, dan Profesionalisme dalam Dunia Kesehatan Melalui Kursus Bioetika HELP Angkatan 7 Seri 1
    April 9, 2025
  • Komunikasi Kesehatan dan Tantangan Etika: Membangun Dialog yang Bertanggung Jawab
    March 21, 2025
Universitas Gadjah Mada

Gedung Penelitian dan Pengembangan FKKMK UGM Lt. 1 Sayap Utara

0274 547489
cbmhfkugm@ugm.ac.id

© Center for Bioethics and Medical Humanities Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju