Yogyakarta, 16 April 2025 – Center for Bioethics and Medical Humanities (CBMH) Universitas Gadjah Mada kembali menyelenggarakan diskusi mingguan bertajuk Raboan Sharing & Perspective Sharing, yang kali ini mengangkat tema “Etika Imunisasi”. Kegiatan yang dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom ini menghadirkan Dr. dr. Fx. Wikan Indrarto, Sp.A, dokter spesialis anak sekaligus dosen, sebagai narasumber utama, dengan Ns. Wahyu Dewi Sulistyarini, MSN, bertindak sebagai moderator.
Dalam paparannya, Dr. Wikan menegaskan bahwa imunisasi merupakan salah satu upaya paling penting dalam membentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit. Meski demikian, pelaksanaannya juga memunculkan sejumlah tantangan dari sudut pandang etika biomedis, seperti prinsip non-maleficence (tidak membahayakan), justice (keadilan), autonomy (kebebasan), dan beneficence (kebaikan).
“Sebagai tenaga medis, kita tidak hanya bertugas memberikan manfaat secara medis, namun juga memastikan bahwa tindakan yang kita lakukan bersifat adil dan menghormati hak pasien,” ujar Dr. Wikan.
Lebih lanjut, beliau mengangkat isu medical paternalism, yaitu keputusan dokter yang membatasi otonomi pasien atas dasar kebaikan pasien itu sendiri atau masyarakat. Dr. Wikan menjelaskan bahwa pendekatan paternalistik bisa dibenarkan secara etika dalam kondisi tertentu, seperti ketika terdapat risiko serius yang dapat dicegah, pasien tidak mampu mengambil keputusan secara otonom, dan tindakan tersebut memberikan manfaat yang signifikan bagi pasien. Diskusi ini juga menyinggung regulasi nasional terkait imunisasi, di antaranya Peraturan Menteri Kesehatan No. 12 Tahun 2017 dan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 4 Tahun 2016 yang menyatakan bahwa imunisasi hukumnya mubah atau diperbolehkan dalam Islam.
Dr. Wikan menutup diskusi dengan menekankan pentingnya keterbukaan informasi dalam pelaksanaan imunisasi. Ia mengingatkan bahwa keberhasilan program imunisasi nasional membutuhkan keterlibatan aktif dokter dalam memberikan edukasi menyeluruh, serta penghormatan terhadap hak orang tua untuk membuat keputusan secara sadar dan bebas.
“Kita perlu menyukseskan program imunisasi nasional, tetapi tetap perlu mengkritisi pelaksanaannya dari sisi etika. Sudahkah kita bijak?” tandasnya.
Kegiatan ini menjadi refleksi bahwa kesehatan bukan semata-mata persoalan medis, melainkan juga menyangkut nilai, hak, dan pilihan moral dalam masyarakat yang majemuk. Isu Etika Imunisasi memiliki keterkaitan erat dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDGs 3 tentang Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik, serta SDGs 4 tentang Pendidikan Berkualitas. Melalui pendidikan etika kedokteran yang baik, tenaga kesehatan diharapkan dapat mengambil keputusan klinis dengan lebih bijak dan berkeadilan, termasuk dalam praktik imunisasi.
Reporter : Ardhini Nugraheni, M.K.M.
Editor : Alvira Rahmasari, S.H.G.