• UGM
  • IT Center
Universitas Gadjah Mada Center for Bioethics and Medical Humanities (CBMH)
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan
Universitas Gadjah Mada
  • Tentang Kami
    • Visi & Misi
    • Sejarah
    • Staf dan Afiliasi
      • Pimpinan
      • SDM
      • Kolaborator Nasional
      • Kolaborator Internasional
  • Berita & Acara
    • Acara Mendatang
  • Briefings & Publikasi
    • Journal Article
    • Book Chapter
    • Teaching Module
    • Project Report
    • Others
  • Riset & Projek
  • Pendidikan & Kursus
    • Magister Bioetika
    • Kursus
  • Bioethics Teacher
  • Kegiatan
    • Program Rutin
    • Konsultasi Klinis
  • IBHC 2024
  • UNESCO Chair on Bioethics
  • Karir
  • Beranda
  • Artikel Terbaru
  • “Tayang Dulu, Dipecat Kemudian?” Belajar dari Kasus Medsos Nakes: Etika, Reputasi, dan Marketing Rumah Sakit

“Tayang Dulu, Dipecat Kemudian?” Belajar dari Kasus Medsos Nakes: Etika, Reputasi, dan Marketing Rumah Sakit

  • Artikel Terbaru, Berita SDGs, Raboan
  • 16 June 2025, 14.02
  • Oleh: cbmhfkugm
  • 0

Yogyakarta, 11 Juni 2025 – Diskusi mingguan Raboan Research and Perspective Sharing kembali hadir dengan topik yang aktual dan relevan di era digital: “Tayang Dulu, Dipecat Kemudian? Belajar dari Kasus Medsos Nakes: Etika, Reputasi, dan Marketing Rumah Sakit”. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom dan menghadirkan narasumber utama, Dr. dr. Jodi Visnu, MPH, seorang Health-Marketing Strategist di rumah sakit. Diskusi ini diikuti oleh peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari tenaga kesehatan, akademisi, promosi kesehatan rumah sakit, hingga konten kreator media sosial. Antusiasme tinggi terlihat dari banyaknya pertanyaan dan diskusi aktif yang terjadi sepanjang acara, menandakan isu ini menjadi perhatian serius bagi dunia kesehatan maupun publik digital.

Dalam paparannya, dr. Jodi menyoroti bagaimana tenaga medis kini tidak hanya berperan sebagai penyedia layanan kesehatan, namun juga sebagai influencer institusional yang kontennya di media sosial bisa berdampak langsung pada citra dan reputasi rumah sakit. Fenomena konten viral dari nakes yang kemudian menimbulkan krisis etik hingga pemecatan mencerminkan belum matangnya tata kelola komunikasi digital dalam institusi kesehatan.

Beliau menjelaskan bahwa meskipun rumah sakit didorong untuk lebih terbuka dan aktif mengedukasi masyarakat, penting untuk membedakan mana yang bertujuan memberikan informasi yang bermanfaat dan mana yang hanya ingin viral demi promosi. Etika bukan untuk membatasi kreativitas, tapi justru menjadi panduan agar komunikasi yang dilakukan tetap bertanggung jawab, menghormati semua pihak, dan tidak merugikan, khususnya pasien. Beliau juga mendorong agar kode etik profesi ditanamkan sejak dini dalam pendidikan kesehatan, serta dipertegas melalui kebijakan internal rumah sakit yang adaptif terhadap era digital.

Pemaparan contoh kasus tenaga kesehatan dan medis dalam dunia digital

Kegiatan ini sejalan dengan semangat Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals), khususnya SDG 3 (kehidupan sehat dan sejahtera) dan SDG 4 (pendidikan berkualitas). Dalam konteks SDG 3 (kehidupan sehat dan sejahtera), topik ini menekankan pentingnya komunikasi yang etis dan empatik dalam layanan kesehatan sebagai bagian dari upaya menjaga kepercayaan publik, melindungi hak pasien, dan menciptakan sistem pelayanan yang holistik serta bermartabat. Sementara itu, SDG 4 (pendidikan berkualitas) tercermin dari perlunya literasi digital dan penanaman kode etik sejak pendidikan profesi kesehatan.

Raboan kali ini menjadi ruang reflektif yang penting bagi para peserta untuk meninjau ulang secara kritis bagaimana media sosial berperan dalam membentuk persepsi publik serta bagaimana konten yang diunggah oleh tenaga kesehatan dapat memengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap institusi layanan kesehatan. Melalui diskusi ini, peserta diajak untuk memahami bahwa media sosial bukan hanya sekadar sarana berbagi informasi, tetapi juga alat yang memiliki dampak besar terhadap citra, reputasi, dan legitimasi etis dari rumah sakit maupun profesi kesehatan itu sendiri.

 

Reporter          : Alvira Rahmasari, S.H.G.

Editor              : Rafi Khairuna Wibisono, S.Kom.

 

Tags: media sosial promosi kesehatan SDGs 3 SDGs 4 tenaga kesehatan viral

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Berita lainnya

  • “Tayang Dulu, Dipecat Kemudian?” Belajar dari Kasus Medsos Nakes: Etika, Reputasi, dan Marketing Rumah Sakit
    June 16, 2025
  • Siapa Sebenarnya yang Punya Keputusan atas Tubuh Kita? Raboan Bahas “Otonomi Keluarga” dalam Keputusan Medis Saat Pandemi
    June 10, 2025
  • BIOETIKA HUMANIORA MEDICAL ETHICS Bahas “Ethics on Higher Education” Prodi Magister Bioetika dan CBMH UGM Gelar Diskusi Bersama Globethics Expert
    June 2, 2025
  • Mewujudkan Haji yang Aman dan Sehat: Kolaborasi untuk Pelayanan Lebih Baik
    May 15, 2025
  • Childfree dibenarkan dalam Pandangan Etis? Diskusi Raboan CBMH FK-KMK UGM Angkat Topik Childfree dan Pilihan Reproduksi
    May 8, 2025
Universitas Gadjah Mada

Gedung Penelitian dan Pengembangan FKKMK UGM Lt. 1 Sayap Utara

0274 547489
cbmhfkugm@ugm.ac.id

© Center for Bioethics and Medical Humanities Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju